Uji
Iodin adalah uji yang dilakukan untuk megetahui adanya kandungan amilum pada
biji kacang merah (Phaseolus vulgaris).
Untuk mengidentifikasi adanya kandungan amilum pada
sampel kita dapat menggunakan beberapa pereaksi. Pereaksi tersebut salah
satunya adalah larutan iodium. Titik permulaan (initia) terbentuk amilum
disebut hilus(hilum), berdasarkan letaknya hilu, butir amilum dibedakan menjadi
amilum konsentris bila hilus berada ditengah-tengah, dan amilum eksentris bila
berada ditepi hilusnya. Dalam amilum terdapat
lamela-lamela yang mengelilingi hilus adanya lamela-lamela disebabkan pad waktu
pembentukkan amilum, tiap lapisan mempunyai kadar air yang berbeda, sehingga
mempengeruhi indeks bias. Lamela-lamela
akan hilang apabila ditetsi alkohol, karena air akan terserap alkohol. Di bagian amilum nampak seperti
retak, dapat terjadi pada tepung tapioca. Atau di tengah amilum nampak seperti
terkerat, dapat ditemukan butir amilum pada biji yang sedang berkecambah,
disebut korosi, misalnya pada biji kacang merah yang sedang berkecambah.
Reagent
yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut
dalam potassium iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk
rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar),
sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek
seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga
tidak dapat berikatan dengan iodin. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks
biru , amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu sedangkan dengan
glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat. (Dey, 1977).
Amilum (Pati) tersusun dari dua macam karbohidrat,
amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda yaitu 10-20% amilosa
dan 80-90% amilopektin. Amilosa tersusun dari molekul-molekul α-glukosa dengan
ikatan glikosida α-(1-4) membentuk rantai linier. Sedangkan amilopektin terdiri
dari rantai-rantai amilosa (ikatan α(1-4)) yang saling terikat membentuk cabang
dengan ikatan
glikosida α-(1-6). Amilosa
memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.
Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak
bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan.
Amilopektin dapat memiliki jumlah molekul glukosa mulai dari ratusan sampai
puluhan ribu.Sementara amilosa rata-rata terdiri dari 1000 molekul glukosa.
Stuktur kimia amilum (pati) secara pasti belum diketahui namun diduga bahwa
bagian luar dari butiran amilum sebagai amilosa sedangkan bagian dalam
butirannya sebagai amilopektin. (Kay, 1991).
Amilum (butir-butir amilum) : Mempunyai rumus empiris(C6H10O5)n berupa
karbohidrat atau polisakarida yang berbentuk tepung disebut amiloplas. Dapat
dibedakan menjadi dua yaitu leukoamiloplas yang berwarna putih dan menghasilkan
tepung cadangan makanan, kloroamiloplas berwarna hijau dan menghasilkan
tepung asimilasi. Menurut
banyaknya hilus dalam amilum, amilum dapat dibedakan menjadi: Amilum tunggal, apabila sebutir
amilum terdapat satu hilus. Amilum setengah majemuk, apabila terdapat dua hilus
dan masing-masing dikelilingi lamela, sehingga terbentuk lamela yang
mengelilingi seluruhnya. Amilum majemuk, apabila terdapat banyak hilus dan
masing-masing dikelilingi lamela, sehingga terbentuk lamela yang mengelilingi
seluruhnya. (Koolman, 2005)
Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam
sel-sel tumbuhan, ukuran amilum pada pelet P3, berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara
5-50 nm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar